Kamis, 22 Januari 2015

: Perhatikanlah keadaanmu!

Waingapu, 18 Januari 2015

Peneguhan Penatua: Daniel Ndamung Landjamara dan Marten Tunga Retang
Masa tugas 2015-2019
Baca                : Hagai 1: 1 – 2: 1
Nas                  : Hagai 1: 1 – 2: 1
Menyanyi       : Mazmur. 123: 1 – 2    
Menyanyi       : Mazmur. 130: 3 – 4              12 Pengakuan Percaya Rasuli
Menyanyi       : Mazmur. 135: 1, 8, 12    Peneguhan
Menyanyi       : Mazmur. 138: 2
Menyanyi       : Mazmur.  67: 1 – 3       
Menyanyi       : Ny. Roh.  24: 3

Saudara-saudara yang kekasih dalam TUHAN kita Yesus Kristus,
Nabi Hagai memulai pelayanannya pada tahun 520 SM yakni tahun ke-2 pemerintahan raja Darius dari Persia yang memerintah pada tahun 522-486 SM. Pada waktu itu keadaan umat ALLAH yang baru kembali dari pembuangan masih merupakan suatu masyarakat kecil yang miskin dengan jumlah penduduk kurang lebih sekitar 20.000 jiwa. Kegagalan panen masalah serius yang dihadapi umat TUHAN. Situasi ini sangat memprihatinkan. Mereka harus berjuang menghadapi situasi itu. Dan tidak mudah bagi nabi Hagai melayani dalam keadaan seperti ini.. Tentu tidak mudah untuk membuat mereka menerima Kebenaran Sabda TUHAN yang disampaikannys. Membangkitkan semangat umat Allah di tengah situasi seperti itu tentu adalah hal yang sulit. Sebab keadaan seperti itu dapat di jadikan alasan untuk membela diri. Jika mereka mengatakan kami tidak punya waktu atau waktunya tidak tepat. Mungkin bisa di benarkan. Bagaimana mungkin orang mendengarkan Firman Tuhan dalam keadaan lapar? Bagaimana mungkin orang bisa bekerja jika mereka miskin alias tidak punya apa-apa?
Seruan untuk membangun kembali Bait Allah yang di sampaikan oleh nabi Hagai adalah tidak mendapat respon positip dari umat TUHAN. Keadaan mereka yang miskin dan kegagalan panen menjadi alasan mereka menolak ajakan Hagai untuk membangun kembali Bait ALLAH. Mereka selalu mengatakan “belum waktunya”. Waktunya belum tepat! Tetapi apakah benar alasan umat TUHAN ketika itu? Apakah karena keadaan itu mereka tidak dapat membangun Bait Allah? Apakah TUHAN memaksa umat-Nya untuk membangun Bait Allah? Bukankah seharusnya Bait Allah itu di bangun dengan hati yang penuh dengan kerelaan?
Seruan untuk membangun Bait Allah bukanlah sebuah paksaan tetapi sebuah ajakan. Dan TUHAN tidak pernah mempelakukan umat-Nya dengan kejam. Dan Jika mereka beralasan belum waktunya. Melalui nabi Hagai TUHAN menegur umat-Nya dan menegaskan bahwa pekerjaan Pembangunan Bait Allah tidak dilanjutkan dikarenakan penundaan dan pementingan diri sendiri mereka pada waktu itu. Mereka tidak ada waktu untuk melanjutkan pembangunan Bait Allah tetapi untuk membangun rumah pribadi, membuat dindingnya dari papan yang bagus dan bekerja keras di ladang, mereka punya waktu. Mereka tidak punya waktu untuk pekerjaan TUHAN, untuk membangun tempat di mana mereka bersekutu bersama-sama. Dalam ayat 4, 6, 9-11 kita membaca;
"Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan?
Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!
Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri.
Itulah sebabnya langit menahan embunnya dan bumi menahan hasilnya,
dan Aku memanggil kekeringan datang ke atas negeri, ke atas gunung-gunung, ke atas gandum, ke atas anggur, ke atas minyak, ke atas segala yang dihasilkan tanah, ke atas manusia dan hewan dan ke atas segala hasil usaha."
Mereka tinggal di rumah yang bagus dan mewah sedang rumah TUHAN masih menjadi reruntuhan. Mereka sibuk bekerja di ladang, di kebun dengan harapan akan mendapat hasil yang berlimpah, tetapi TUHAN menghembuskannya. Allah menahan air yang diperlukan dan merintangi hasilnya (ay 10). Allah memanggil kekeringan datang atas negeri itu sehingga panen mereka tidak membuahkan hasil (ay 11). Penyebab semua malapetaka itu adalah sifat mementingkan diri sendiri dan tidak peduli akan TUHAN. Mereka mengutamakan dirinya daripada TUHAN. Mereka mrncari kesejahteraan jasmani; rumah dan makanan; tetapi untuk kesejahteraan mereka secara batiniah/rohani di kesampingkan.
Saudara-saudara yang kekasih. Hal yang sama juga terjadi dalam Gereja TUHAN masa kini. Sadar atau tidak; untuk pekerjaan TUHAN kita selalu berkata sibuk, tidak ada waktu, waktunya tidak pas dan seterusnya. Sementara untuk diri kita sendiri, kita punya waktu. Untuk membangun dan membentuk kerohanian dan hidup kita menjadi pribadi yang kuat dan tangguh didalam TUHAN kita tidak punya waktu. Tetapi untuk mencari kebutuhan pangan dan sandang kita punya waktu. Kita punya waktu untuk mencari uang, mencari makan dan seterusnya. Untuk mencari kebutuhan-kebutuhan jasmani kita, ada waktu dan waktunya selalu pas dan tepat. Sebab itu secara rohani kita rapuh, mudah goyah, mudah jatuh dan mudah di pengaruhi. Karena secara rohani kita tidak kuat. Hidup kita yang sesungguhnya adalah Bait Allah tidak di bangun tetapi di biarkan menjadi reruntuhan. Allah tidak mungkin tinggal dalam reruntuhan, Allah tidak mau tinggal dalam setiap pribadi kita yang tidak peduli akan Dia dan Firman-Nya.
Membangun BAIT ALLAH adalah sesuatu yang sangat penting. Bagi umat Allah Bait ALLAH sesuatu yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan mereka. Bait Allah adalah simbol dari kehadiran ALLAH di tengah-tengah umat-Nya. Bait Allah adalah yang pertama dan terutama bagi Umat Allah. Tidak ada yang lebih mulia dan agung dari Ibadah di Bait Allah. Puncak dari seluruh  pelayanan dan pekerjaan adalah Bait ALLAH. Betapa TUHAN di hinakan dan di cela oleh karena rumah-Nya masih menjadi reruntuhan.
Saudara-saudara yang kekasih, bagaimanakah dengan kita? Dalam Mat.6:33 tertulis ungkapan Yesus yang begitu mulia; Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Itulah perintah Yesus kepada kita. Tetapi kita mengatakan; tidak! Bagaimana saya dapat mencari Kerajaan-Mu dan Kebenaran-Mu dalam kekurangan, kemiskinan dan kemelaratan? Bagaimana saya melakukan itu sedang saya membutuhkan makanan dan pakaian? Apapun alasan kita; Tuhan pasti melihat apa yang kita lakukan dalam hidup ini. Jauh lebih bijak mendengar dan melakukan apa yang di perintahkan TUHAN daripada menolak. Lebih baik mendengar dan melakukan pekerjaan pembangunan Rumah TUHAN itu daripada tidak. Bukan harus memberontak dan terus mencari dalil untuk membela diri. Tetapi tunduk, merendahkan diri dihadapan dan mengakui ketidakberdayaan kita dihadapan-Nya.


Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar